Gadjah Mada selalu dikenang oleh masyarakat Indonesia sebagai lambang kesatuan dan kejayaan Nusantara, sebagai Mahapatih Majapahit, ia dikenal melalui Sumpah Palapa yang diucapkannya sekitar abad ke 14, Namun satu pertanyaan yang muncul, apakah benar Nusantara sebelumnya pernah bersatu di bawah bendera Majapahit seperti yang dicita-citakan Gadjah Mada?
Atikel ini akan membahas makna dari Sumpah Palapa, konteks sejarah yang melatarbeakanginya, serta sejauh mana cita-cita persatuan tersebut benar-benar terwujud.
Makna dan Latar Belakang Sumpah Palapa
Patih Gadjah Mada mengucapkan Sumpah Palapa saat diangkat menjadi Mahapatih Amangkubumi Majapahit di era pemerintahan Raja Tribbhuwana Tunggadewi, isi Sumpah tercatat dalam Kitab Pararaton, adalah :
“Lamun huwus kalah Nusantara isun amukti palapa, lamun kalah ring Gurun, ring Seran, Tanjung Pura, ring Haru, ring Pahang, Dompo, ring Bali, Sunda, Palembang, Tumasik, samana isun amukti palapa.”
Da pernyataan ini " Palapa" sering diinterpretasikan sebagai simbol dari kesenangan atau kenikmatan dunia, ini menunjukkan bahwa gajah mada bertekad untuk tidak menikmati hidupnya sebelum seluruh wilayah Nusantara bersatu di bawah kekuasaan Majapahit.
Beberapa daerah yang tercatat dalam sejarah mencangkup :
- Sumatera (Sriwijaya, Jambi, Palembang)
- Kalimantan (Tanjungpura, Sambas, kapuas)
-Sulawesi
-Maluku (Ternate, Tidore)
-Nusa Tenggara
-ke Semenanjung Melayu
Namun pentingnya untuk dicatat bahwa "penaklukan" di masa lalu lebih bersifat simbolik secara politik, berupa persekutuan, pengakuan atau pembayaran upeti bukan dominasi administratif seperti yang kita kenal sekarang.
Apakah Benar Nusantara Benar-Benar Bersatu?
Scara de Facto, Majapahit memperoleh pengaruh yang luas. Beberapa daerah mengakui kekuasaan Majapahit sebagai kekuatan terkuat di Asia Tenggara pada saat itu. Namun tidak semua wilayah berada di bawah kendali langsung Majapahit. Bukti sejarah menunjukkan, banyak wilayah sekadar membangun hubungan persahabatan atau berbisnis.
Pengaruh Majapahit bervariasi tergantung pada kekuatan militer dan stabilitas politik pemerintahan pusat. setelah masa Hayam Wuruk dan Gajah Mada, kekuasaan Majapahit secara bertahap berkurang akibat konflik internal dan munculnya kerajaan Islam di kawasan pesisir.
Maka dari itu “Persatuan Nusantara” pada Zamannya Gajah Mada lebih bersifat ideologis dan simbolik, bukan kesatuan administratif seperti negara Indonesia saat ini.
Warisan Besar Gajah Mada Meskipun tujuan sumpah Palapa belum sepenuhnya tercapai dalam ranah politik, semangat persatuan yang ditinggalkannya menjadi sumber inspirasi bagi perjuangan kemerdekaan Indonesia. Saat pendiri bangsa menyusun Sumpah Pemuda (1928) dan Proklamasi Kemerdekaan (1945), semangat untuk menyatukan Nusantara seolah menemukan kenyataan dalam bentuk Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI)
Sumpah Palapa menjadi Lambang :
-Keberanian tanpa henti untuk menyatukan bangsa
-Visi tentang kejayaan dan Kemandirian Nusantara
- Warisan nilai Kepemimpinan yang ditandai dengan kesetiaan dan tanggung jawab
Jadi, apakah Nusantara pernah bersatu sepenuhnya seperti yang diungkapkan dalam Sumpah Palapa? Mungkin secara politik tidak sepenuhnya, namun secara ideologis dan kultural, Sumpah Palapa telah menanamkan benih persatuan bangsa yang terus hidup hingga sekarang. warisan Gajah Mada lebih dari sekedar kekuatan, ia merupakan semangat kebangsaan, keyakinan bahwa dari Sabang hingga Merauke, kita semua berada di satu tanah air, satu bangsa, satu bahasa Indonesua.
"Sumber Informasi Berasal dari media online yang ada, juga bahan lainnya"
